Rabu, 05 November 2014

Mengenal Manusia Purba Di Indonesia

  Mengenal Manusia Purba di Indonesia
 – Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisanbudaya dunia, tentu ini angatmembanggakan bangsa Indonesia.Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranya karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra kehidupan manusia purba.Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untukterus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran.Dari Sangiran kita mengenal beberapa jenis manusia purba diIndonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs ManusiaPurba Sangiran dikembangkan sebagai pusat penelitian dalamnegeri dan luar negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain ituSangiran juga memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya,karena pariwisata di daerah tersebut.Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesiamari kita telaah bacaan berikut ini.

manusia purba


Sangiran

Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan  kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman manjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakansebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia.

Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaanmanusia sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai luas delapan kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arahtimur-barat. Situs Sangiran merupakan suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai denganperbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang pada musim kemarau.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullingtahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan chemullingsitus itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuanfosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentangevolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagaisalah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.Perhatikan baik-baik gambar fosilmanusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seripenemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.

Trinil, Ngawi, Jawa Timur

Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorakPithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinilsangat pendek tetapi memanjang ke belakang.Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagianbelakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jjelas, menandakan otak yang belum berkembang.Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakanperempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividuini telah mencapai usia dewasa. Selain tempattempat di atas, peninggalan manusia purba tipe inijuga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; Sambungmacan,Sragen, Jawa Tengah.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

Jenis Meganthropus




Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianvon Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yangmenemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Darihasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenismanusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan.Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.

Jenis Pithecanthropus

Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian EugeneDubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiranBengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksiterbentuk kerangka manusia, tetapi masihterlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itujenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto,sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yangjuga terkenal sebagai rumpun Homo erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia.Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup

dan berkembang sekitar zaman PleistosenTengah.

Jenis Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschotendi Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersamakawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo.Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung danmulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipuntidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentukfisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempatpenyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesiatetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.

Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusiamodern. Kadang-kadang Homo sapiens juga diartikandengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalamberfikir dan menyiasati tantangan alam. Bagaimanakahmereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudianmenyebar dengan cepat ke berbagai penjuru duniahingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapatmelukiskan perbedaan morfologis antara Homosapiens dengan pendahulunya, Homo erectus.Rangka Homo sapiens kurang kekar posturnyadibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karenatulang belulangnya tidak setebal dan sekompak Homo erectus.Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homosapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu tersebut.Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks Homosapiens menunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan lebihmodern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal,karakter evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yangjauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorakyang jauh lebih bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc.Segi-segi morfologis dan tingkatan kepurbaannyamenunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata antara keduaspesies dalam genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnyatampil sebagai spesies yang sangat tangguh dalam beradaptasidengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai

permukaan dunia ini.Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusiamodern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara paling tidaktelah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya,kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tigatahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern awal yang kehadirannyahingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu), kemudiandilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebihbelakangan, dan berdasarkan karakter fisiknya dikenal sebagairas Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu munculpenghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagaipenutur bahasa Austronesia. Berdasarkan karakter fisiknya, makhlukmanusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudianberkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,

Manusia Wajak

Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satusatunyatemuan di Indonesia yang untuk sementara dapatdisejajarkan perkembangannya dengan manusia modernawal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889, manusiaWajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekatTulungagung, Jawa Timur.

Manusia Liang Bua

Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukimyang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu bisadilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usulmanusia di Kepulauan Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown danMike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempatditemukannya fosil manusia Liang Bua.Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah. Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kuburyang antara lain berupa beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakansebuah situs neolitik dan paleometalik.Manusia Liang Bua mempunyai ciritengkorak yang panjang dan rendah,berukuran kecil, dengan volume otak380 cc. Kapasitas kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000 cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan berada di bawah volumeotak simpanse (450 cc).

Zaman batu tua (paleolitikum)



Zaman batu tua atau disebut juga dengan istilah paleolitikum diperkirakan berlangsung selama 600.000 tahun.  Selama kurun waktu tersebut, manusia purba pada zaman batu tua hanya menggunakan alat-alat yang paling dekat dengan lingkungan hidup mereka seperti kayu, bambu, dan batu. Mereka menggunakan batu yang masih kasar untuk berburu binatang. Pada saat itu, batu juga berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan.

Kehidupan manusia purba pada zaman batu tua masih bersifat nomaden atau berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Perpindahan mereka tergantung kepada daya dukung alam berupa tersedianya bahan makanan terutama binatang buruan. Apabila binatang buruan dan bahan makanan yang diambil dari hutan sudah habis, maka mereka akan mencari dan berpindah ke tempat yang lebih subur. Begitu seterusnya, kehidupan manusia purba pada zaman batu tua mempunyai pola nomaden atau berpindah-pindah tempat secara kontinyu sesuai dengan kondisi alam.

Jadi kesimpulannya, inti kegiatan hidup sehari-hari manusia purba zaman batu tua adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi pada saat itu juga. Kegiatan yang seperti itu disebut dengan peradaban food gathering atau pengumpul makanan tahap awal.

Benda-benda yang diperkirakan berasal dari zaman batu tua banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur sehingga para arkeolog sepakat membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat itu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Ciri utama kebudayaan Pacitan adalah alat-alat dari batu yang berfungsi sebagai kapak dan berbentuk tidak bertangkai atau kapak genggam. Kapak tersebut juga berfungsi sebagai chopper atau alat penetak. Alat-alat tersebut diperkirakan milik manusia jenis Pithecanthropus Erectus. Adapun kebudayaan Ngandong menghasilkan alat-alat yang terbuat dari tulang binatang dan kapak genggam dari batu. Alat dari tulang diperkirakan digunakan untuk menggali ubi-ubian dari dalam tanah serta untuk menangkap ikan.









  • Zaman Paleolitikum

Zaman paleolotikum berarti zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.Ciri – ciri kehidupan manusia pada zaman paleolotikum yaitu hidup berkelompok ( tinggal disekitar aliran sungai,gua atau di atas pohon ) dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan ( food gathering ) serta berburu.Oleh karena itu,manusia purba selalu berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( nomaden ).Jenis manusia purba Indonesia yang hidup pada zaman ini antara lain Pithecanthropus erectus,pithecantropus robustus dan Meganthropus palaeojavanicus.Selanjutnya hidup berbagai jenis homo ( manusia ) diantaranya Homo soloensis dan Homo wajakensis.





Temuan-temuan yang dilakukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich memperlihatkan bahwa makhluk yang hidup pada lapisan plestosen bawah tidak meninggalkan bekas-bekas tertentu, yang menunjukkan perkembangan kebudayaan yang dianut makhluk tersebut. Akan tetapi, penemuan pada lapisan plestosen tengah menunjukkan bahwa telah ada kebudayaan. Penemuan tersebut terdapat di daerah Gunung Pacitan, ketika pada tahun 1935 Von Keonigswald menemukan sejumlah alat-alat batu antara lain seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, dan alat serpih.



Temuan alat-alat batu tersebut tidak hanya di Pacitan, tetapi juga di Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat (Sumatera Selatan), Kalianda (Lampung), Cabbenge (Sulawesi Selatan), dan Awangbangkal (Kalimantan Selatan).



Di Ngandong ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang, seperti belati yang digunakan untuk mengorek dan ujung tombak bergerigi yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat-alat lainnya ditemukan di Sangiran yang merupakan bagian kebudayaan Ngandong ialah alat serpih, sejenis perkakas kecil terbuat dari batu yang dipergunakan untuk menyerpih. Temuan alat ini berasal dari lapisan plestosen atas. Kebudayaan Pacitan dan Ngandong memperlihatkan penggunaan alat-alat batu yang masih sederhana. Periode ini sering juga dinamakan dengan zaman paleolitikum atau zaman batu tua karena menggunakan peralatan batu yang teknologinya masih sederhana.



Dari alat-alat yang ditemukan nampak bahwa pada masa tersebut kehidupan masih berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan mereka sangat bergantung pada kondisi alam dan memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka bertempat tinggal di daerah padang rumput di dekat sungai atau danau. Sebab di sinilah binatang buruan mereka seperti kuda, badak, kerbau, banteng, rusa, dan monyet dapat ditemukan. Perburuan dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama-sama.





1. Zaman batu tua (palaeolithicum)

Pada zaman ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu:


  • Peralatan terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
  • Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih.
  • Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu.
  • Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah).
  • Belum mengenal sen
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar